Search This Blog

Pages

 

Wednesday, November 21, 2012

Cara Canggih Jokowi Mengatasi Banjir Jakarta: Kerja Bakti

Salah satu karaketeristik Jokowi yang disukai oleh pendukungnya adalah hobi "blusukan" ke kampung-kampung untuk mengambil hati rakyat bawah. Tapi "blusukan" itu hanya sekedar kesia-siaan, jika tidak dibarengi oleh program-program konkret. Terlebih lagi kalau hanya menyuruh dinas-dinas Jakarta untuk menyelesaikan urusan itu. Semua orangpun bisa, tidak perlu orang "sekaliber" Jokowi.

Dimasa kampanye, Jokowi sesumbar akan menyelesaikan masalah banjir di Jakarta. Karena memang masalah banjir yang tidak terselesaikan yang membuat Foke bertekuk-lutut. Namun apa yang terjadi sekarang, Jokowi malah berkilah dengan mengatakan:

"Yang namanya banjir itu perlu proses. Jadi jangan mengharapkan seperti dewa langsung selesai. Saya bukan dewa. Dewa saja belum tentu bisa," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Senin (19/11).
Ia menjelaskan, secara jangka pendek, solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi banjir adalah menggalakkan kerja bakti di titik rawan. Menurut Jokowi, kerja bakti perlu digerakkan untuk membersihkan dan mengeruk selokan dan sungai-sungai kecil di perkampungan.
Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang, Jokowi mengaku masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Di antaranya, penyelesaian proyek Banjir Kanal Timur, Cengkareng Drain, dan Kali Pesanggrahan. "Kita juga ingin membelokkan air yang datang dari atas (Bogor) ke kali Waduk Ciawi. Itu proses jangka panjang. Butuh berpuluh-puluh tahun," imbuhnya [1].

Yah ... warga Jakarta bersiap-siaplah untuk menghadapi banjir puluhan tahun lagi. Kalau tidak mau, ayo kerja bakti mencangkul saluran-saluran air di kampung.

Yang lebih parahnya, dikala banjir melanda Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo malah sibuk mengurusi kegiatan politiknya di luar kota. Menurut pengamat tata kota, Yayat Supriyatna, mantan wali kota Solo itu harus lebih fokus mengurusi masalah Jakarta yang sangat kompleks.

"Memang wajar, dulu pak Jokowi dibantu PDIP, tapi ada baiknya kita fokus kepada masalah yang saat ini sedang dihadapi dan harus segera diatasi," ujar Yayat saat dihubungi merdeka.com, Minggu (18/11). 
Yayat mengatakan, keputusan Jokowi untuk meninggalkan Jakarta pada saat ini merupakan tindakan yang tidak tepat. "Kepergian Jokowi ke Bandung memang politis, tapi setidaknya harus tetap profesional, kalau nggak mampu mengatasi (banjir), bakal dikecam terus," tegas dia. [2]

Itulah gubernur Jakarta yang dimasak oleh media massa. Selamat menikmati ya :)
[1] Jakarta Belum Berubah, Jokowi Jangan Cuma Nonton Banjir!
[2] Jakarta banjir, Jokowi malah urusi Rieke-Teten di Bandung

2 comments:

luken said...

kita patut prihatin pada kondisi jakarta sekarang ini dan lebih prihatin lagi karena sekarang ini jokowi sedang digandrungi masyarakat kecil sehingga dimata mereka jokowi ahok adalah sosok yang tidak pernah salah. Sehingga kritikan kepadanya berbuah hujatan. Kalau dulu prinsip ABS (asal bapak senang) sekarang " yang penting rakyat senang dan terhibur ". Rakyat sangat senang apabila ada Pejabat yang dicopot, dimutasi atau dipindahkan yang tentu saja menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat yang merasa tidak berdaya selama ini. Semakin banyak dan semakin tinggi pejabat yang dicopot semakin popoler jokowi ahok dimata masyarakat. Kondisi seperti ini tentu akan mengurangi kewibawaan aparatur negara yang pada akhirnya berdampak pada tingkat kepatuhan masyarakat. Mungkin lebih efektif jika kewibawaan kolektif yang harus dikedepankan dengan membina aparatur yang dipandang kurang bijak dalam merespon permasalahan yang sedang dihadapi bukan dengan mengedepankan kekuasaan dan kewenangan dengan serta merta mencopot, mengganti bahkan memaki-maki didepan umum seorang pejabat yang dinilai kurang cerdas dalam merespon suatu masalah yang sedang populer, padahal mungkin dalam hal hal lain pejabat itu cukup baik. Tidak korupsi saja tidak cukup untuk membangun jakarta, Butuh kecerdasan selain kesederhanaan penampilan. Jangan hanya "asal rakyat senang" tapi tidak menjaga kewibawaan aparatur secara kolektif.

luken said...

Kritik jokowi = hujatan. Masyarakat jakarta sedang menikmati "Goverentainment". Tema yang paling digandrungi adalah "pencopotan pejabat" makin banyak yang dicopot makin senang masyarakat. Pokoke "copot".

Post a Comment

Popular Posts

Total Pageviews

Facebook

Blog Archive

Shout Box


ShoutMix chat widget

Followers

Copyright © 2011. SMART ZIKIR . Published by Ardisyam