Search This Blog

Pages

 

Sunday, June 19, 2011

Penolakan Terhadap Dua Ayat Terakhir At-Taubah?



Apa yang disampaikan penanya bahwa Ali Ra menolak kedua ayat terakhir dari surat at-Taubah, kami tidak mendapatkan redaksi pernyataan tersebut dalam kitab al-itqon fi ulumil quran milik imam suyuthi. Cobalah ditelaah ulang kitab tersebut secara mendalam dari awal sampai akhir, atau riwayat-riwayat yang berkenaan tentang masalah penghimpunan al-Quran.

Yang ada dalam kitab al-itqan, bab penghimpunan dan urutan al-Quran disebutkan riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang siapakah orang yang pertama kali mengumpulkan al-Quran. Kebanyakan riwayat yang sahih menyebutkan bahwa Abu Bakarlah orang yang pertama kali mengumpulkan al-Quran dan ayat yang terakhir kali dikumpulkan adalah akhir surat at-Taubah yang ada pada Abu Khuzaimah al-anshary yang berbunyi, maka mushaf (nama kumpulan al-Quran) ini ada pada Abu Bakar sampai beliau wafat, sebagaimana mushaf itu juga yang ada pada Umar sampai wafatnya, kemudian ada pada Hafsah binti Umar.

Dalam riwayat Abu Dawud dengan jalur sanad Hasan bin Abdu Khoir berkata: aku mendengar Ali berkata: orang yang paling banyak mendapatkan pahala dalam mushaf adalah Abu Bakar, dia adalah orang yang pertama kali menghimpun kitab Allah. Namun ada riwayat yang seolah menunjukkan bahwa orang yang pertama kali mengumpulkan al-Quran adalah Ali Ra, dalam riwayat Abu Dawud melalui jalur sanad dari Ibnu Sirin berkata: Ali Ra berkata: ketika Rasulullah Saw wafat aku berjanji untuk tidak mengenakan selendangku kecuali untuk shalat jumat sampai aku mengumpulkan al-Quran, maka beliau menghimpun al-Quran. Ibnu Hajar (pensyarah kitab shahih Bukhori) berkata: atsar ini lemah karenan sanadnya terputus, jika riwayat itu seandainya sahih, maka yang dimaksud kata "jama'tu" bukanlah menghimpun mushaf, tapi menghafalnya dalam dada.

Dalam riwayat lain dari Muhammad bin Sirin dari Ikrimah berkata: ketika selesai pembaiatan Abu Bakar (sebagai Kholifah), Ali bin Abi Thalib Ra duduk di rumahnya. Hal itu disampaikan kepada Abu Bakar, Ali tidak suka dengan pembaitanmu. Maka datanglah Abu Bakar kepada Ali, dan bertanya: apakah kamu tidak suka dengan pembaiatan terhadap diriku? Ali menjawab: demi Allah tidak. Abu Bakar bertanya: apa yang membuatmu duduk saja dirumah? Ali berkata: aku melihat ada penambahan dalam kitab Allah, maka diriku berkata bahwa aku tidak akan memakai selendang kecuali untuk shalat sampai aku (bisa sendiri) menghimpun al-Quran. Abu Bakar berkata: pendapatmu bagus.

Riwayat di atas tidak menunjukkan penolakan Ali terhadap dua ayat terakhir dari surat at-Taubah, melainkan sifat kehati-hatiannya dalam menghimpun al-Quran supaya jangan sampai ada kekeliruan, baik penambahan maupun pengurangan. Oleh karenanya Abu Bakar waktu itu memerintahkan supaya tidak menulis al-Quran dari seseorang yang menghafal, kecuali ada dua saksi. Sebagaimana dan riwayat dari Hisyam bin Urwah, bahwa Abu Bakar memerintahkan Umar dan Zaid untuk duduk didepan pintu masjid, jika ada seseorang yang datang menyampaikan ayat al-Quran dan disertai dengan dua orang saksi, maka di suruh untuk mencatatnya, jika tidak maka dilarang untuk mencatatnya.

Adapun ayat terakhir dari surat at-Taubah, memang hanya ada pada Abu Khuzaimah, akan tetapi Abu Khuzaimah ini mempunyai kekhususan yang diberikan oleh Rasulullah dimana nilai kesaksian Abu Khuzaimah seorang diri, sama nilainya dengan kesaksian dua orang. Oleh karenanya meskipun ayat akhir surat at-Taubah itu hanya ada pada beliau, Abu Bakar memerintahkan untuk mencatatnya. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dari al-Laits bin Sa'id berkata: orang yang pertama kalai menghimpun al-Quran adalah Abu Bakar, dan ditulis oleh Zaid, dan orang-orang pada waktu itu datang kepada Zaid (menyetorkan hafalan al-Quran), namun Zaid tidak akan menulis satu ayatpun kecuali disertai dengan dua saksi, dan ayat terakhir dari surat at-Taubah hanya ada pada Abu Khuzaimah, maka Abu Bakar berkata: tulislah, karena Rasulullah Saw telah menjadikan kesaksiannya sama seperti kesaksian dua orang laki-laki, maka Zaid pun menulisnya, dan suatu hari Umar datang dengan menyampaikan ayat rajam, dan tidak ditulis, karena hanya sendirian (tidak disertai dua orang saksi lainnya).

Begitulah penghimpunan al-Quran telah sempurna pada zaman Abu Bakar, yang kemudian setelah beliau wafat dipindahkan kepada Umar, dan kemudian kepada Hafsah anaknya. Dan tidak ada sahabatpun yang menentang hasil penghimpunan itu, hanya ketika dalam proses awal-awal penghimpunan, beberapa sahabat seperti Ali memberikan konsen supaya hati-hati dalam penghimpunan al-Quran dan itu telah dilakukan oleh Abu Bakar. Sampai pada masa kekhilafahan Usman, maka beliau menghimpun al-Quran untuk dijadikan menjadi satu bahasa, yaitu bahasa Qurays. Hal itu didasari dengan adanya perbedaan kaum muslimin saat itu dalam membaca al-Quran, sampai hampir-hampir menimbulkan pertumpahan darah.

Artinya, penghimpunan yang dilakukan oleh Usman bukanlah penghimpunan ulang, akan tetapi ia hanyalah penyatuan bahasa saja. Dan urutan penghimpunan al-Quran tetap hasil penghimpunan yang dilakukan oleh Abu Bakar. Setelah al-Quran dihimpun pada Zaman Abu Bakar, dan satukan bahasannya pada zaman Usman, selesailah penghimpunan Al-Quran, dan tidak ada satu sahabatpun yang menentang hasil penghimpunan itu termasuk Ali bin Abi Thalib Ra. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dikatakan: Ali berkata: jangan kalian mengatakan tentang apa yang dilakukan Usman kecuali kebaikan, demi Allah tidaklah ia melakukan sesuatu dalam penghimpunan mushaf ini melainkan bersama pembesar-pembesar (tokoh-tokoh) kami. Kemudian beliau berkata: Apa pendapat kalian tentang qiraat ini (yang disepakati pada zaman Usman), dan aku telah mendengan bahwa sebagian orang mengatakan bahwa qiraat/bacaanku lebih baik dari bacaanmu, hal ini hampir-hampir membawa kepada kekufuran, kami kembali bertanya bagaimana pendapat kamu? Aku melihat, lebih baik manusia dikumpulkan dalam satu mushaf sehingga tidak ada perbedaan dan perselisihan, maka kamipun berkata: pendapatmu betul.

Itulah riwayat-riwayat yang menunjukkan tentang sejarah penghimpunan al-Quran, baik yang teradapat dalam kitab al-itqan suyuthi maupun yang lainnya. Yang intinya bahwa setelah selesai penghimpunan al-Quran baik pada zaman Abu Bakar atau Usman, tidak ada satu sahabat pun yang menentang usaha itu, yang mana para sahabat adalah mereka-mereka yang ikut menyaksikan turunnya wahyu. Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Total Pageviews

Facebook

Blog Archive

Shout Box


ShoutMix chat widget

Followers

Copyright © 2011. SMART ZIKIR . Published by Ardisyam