Kebanyakan orang awam beranggapan secara simplisitis bahwa "pluralisme adalah toleransi" atau "pluralisme agama adalah toleransi agama". Yang menyedihkan, anggapan atau asumsi simplistik ini tidak hanya terbatas pada kalangan "awam" (yang memang tak terdidik secara akademis dalam bidang ini), tapi hatta kalangan para tokoh atau yang ditokohkan yang memang spesialisasi akademiknya di bidang ini pun tampak begitu over-confident dengan pemahamannya yang simplistik.
Bagi kalangan pluralis sejati, pluralisme tidak hanya terbatas pada toleransi. Menurut mereka toleransi adalah salah satu bentuk dari moderate intolerance. Penekanan pluralisme lebih pada "kesamaan" atau "kesetaraan" (equality) dalam segala hal, termasuk "beragama". Setiap pemeluk agama harus memandang sama pada semua agama dan pemeluknya.
Jadi tidak heran kalau kelompok pluralisme sejati sangat membela aliran-aliran sesat, walaupun mereka tidak bergabung dengan kelompok tersebut atau tidak setuju dengan isi aliran sesat tersebut. Menurut mereka, aliran sesatpun berhak untuk hidup dan menyatakan pendapat. Bahkan kalau ada golongan yang menyeru kepada kesesatan atau kemaksiatan, misalnya kelompok pendukung perzinahan atau kelompok pembela perjudian, mereka perlu dibela juga.
Pandangan ini pada akhirnya akan menggerus konsep keyakinan "iman-kufur", "tauhid-syirik", dalam konsepsi Islam. Al-Quran jelas menyebut orang mukmin sebagai "khairul bariyyah" (sebaik-baik makhluk), sedangkan orang kafir disebut "syarrul bariyyah" (seburuk-buruk makhluk).
Bahkan, al-Quran juga tidak menyetarakan antara orang shaleh dengan orang jahat (fasik). Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang taqwa. Maka, Islam punya konsep kesetaraan sendiri yang jelas berbeda dengan konsep kesetaraan kaum Pluralis Agama.
Pluralitas
Hai manusia, sesungguhNya kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perenmpuan, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (QS Al Hujurat: 13)
Ayat-ayat dalam AQ ini pun menunjukkan bahwa keberagaman suku, bangsa, bahasa, warna kulit adalah haal yang menjadi sunnatullah. Ini yang dikatakan pluralitas. Jadi pluralitas adalah sunnatullah. Sebagaimana di Indonesia ada suku Jawa, Bugis, Sunda, Dayak, Melayu ataupun Madura. Dengan etnis dan bahasa yang berbeda.
Kesimpulan
Solusi Islam terhadap adanya pluralitas agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing (lakum dÊnukum wa liya dÊn). Tapi solusi yang ditawarkan paham pluralisme agama lebh cenderung menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.
Rujukan
Islam dan Paham Pluralisme Agama
Pluralisme: Kerancuan Istilah dan Pemahaman
No comments:
Post a Comment