Search This Blog

Pages

 

Wednesday, May 11, 2011

Sejarah Mazhab Dalam Islam


(Smart Zikir) Pada saat Rasulullah s.a.w masih hidup, kaum muslimin bisa bertanya secara langsung kepada beliau berkaitan dengan hukum-hakam agama. Ketika Rasulullah s.a.w tiada lagi, umat Islam kehilangan sumber rujukan dalam menyelesaikan berbagai masalah agama yang timbul di kemudian hari. Sebagai gantinya umat Islam merujuk kepada fuqaha di kalangan sahabat seperti Abu Bakar, Umar, Ibn Abbas, Ibn Umar, Ibn Mas’ud Huzaifah bin Yaman,dll. Selain merujuk kepada individu-individu yang telah disebutkan sebelumnya, umat Islam pada saat itu bisa juga merujuk kepada keputusan syura di kalangan segelintir sahabat.

Setelah zaman Umar r.a, para sahabat mulai bertebaran ke daerah-daerah yang dikuasai oleh umat Islam. Di tempat tinggal mereka yang baru, mereka menjadi tempat rujukan dan memiliki ramai pengikut. Karena jarak tempat tinggal para sahabat itu berjauhan, maka penyelesaian melalui syura juga tidak dapat dilaksanakan.

Akibatnya fatwa-fatwa yang dihasilkan para sahabat kemungkinan bisa berbeda, karena ada di antara sahabat yang tidak mengetahui sesuatu hadis yang diketahui oleh sahabat yang lain. Faktor lainnya adalah perbedaan penafsiran terhadap ayat al-Quran dan hadis yang pernah dengar dari Rasullullah s.a.w. Selain itu kepribadian para sahabat dalam mengamalkan dalil yang mereka terima juga bisa menyebabkan perbedaan-perbedaan.


Setelah zaman sahabat berakhir, maka bermulalah zaman para tabiin. Para tabiin yang berguru kepada para sahabat itu kemudian mengembangkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari guru mereka. Bagi para tabiin yang tinggal di daerah Hizas (Mekkah dan Madinah), segala permasalahan yang timbul bisa langsung dicari jawabannya kepada hadis-hadis yang masih terpelihara di kalangan mereka.

Bagi para sahabat yang tinggal jauh dari Hizaz, misalnya Iraq, mereka mengalami kesulitan merujuk kepada hadis-hadis, karena kurangnya hadis yang sampai kepada mereka.

Keadaan ini diperparah dengan munculnya hadis-hadis palsu dari kalangan munafiq dan Rafidah. Untuk mengatasi hadis-hadis palsu tersebut, para sahabat, menetapkan kriteria yang ketat dalam menyeleksi hadis-hadis yang ada. Apabila penyelesaian sesuatu masala tidak berhasil ditemui di hadis-hadis yang telah disaring itu, para tabiin menggunakan qiyas (metode induktif) dari hadis-hadis yang ada, guna menyelesaikan hukum-hukum baru yang tiada dalilnya.


Metode golongan Hizaz dikenali sebagai aliran golongan hadis. Aliran golongan hadis ini dikenali melalui tokohnya yaitu Imam malik. Sedangkan metoda dari golongan Iraq yang berpusat di Kufah itu dinamakan aliran golongan rakyi (menggunakan akal dan pendapat dalam mengeluarkan hukum-hakam yang baru). Golongan rakyi ini diketuai oleh Imam Abu Hanifah.

Pada awalnya perbedaan pendapat kedua golongan tidak menyebabkan perpecahan dikalangan pengikut-pengikutnya. Akan tetapi lama kelamaan perbedaan pendapat ini menjadi keruh karena diwarnai ketaksuban para pengikutnya. Untuk mengatasi hal ini, Imam Syafie membawa metode baru yang menggabungkan kedua-dua aliran tersebut. Aliran ini lama-kelamaan menjadi banyak pengikutnya sehingga menjadi aliran ketiga dikalangan kaum muslimin.

Anak murid Imam Syafie, yaitu Imam Ahmad bin Hanbal memodifikasi aliran Imam Syafie dengan menumpukan kepada hadis dan periwayatannya. Ahmad bin Hanbal berhasil mendapatkan pengikut yang banyak melalui perjuangannya dalam mempetahankan akidah ahli sunnah dalam berhadapan dengan pihak penguasa yang beraliran Mu’tazilah. Aliran Imam Hanbal ini berbeda dengan aliran golongan hadis Imam Malik, karena beliau menolak beberapa prinsip Imam Malik seperti ijma’ ahli Madinah.

Selain kempat aliran tersebut, ada juga aliran lain yang pernah muncul, tapi akhirnya pupus, mungkin karena kekurangan pengikut ataupun tidak populer seperti aliran yang dipelopori oleh ulama-ulama Laith bin Sa’ad, Hassan al-Basri, al-Tobari, dll.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Total Pageviews

Facebook

Blog Archive

Shout Box


ShoutMix chat widget

Followers

Copyright © 2011. SMART ZIKIR . Published by Ardisyam