Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Begitulah peribahasa yang pas disandingkan dengan umat muslim saat ini. Hak mereka untuk mendapatkan berita yang sebenar-benarnya, sedikit sekali dapat mereka rasakan. Yang terjadi media kerap membesar-besarkan opini dan menunggangi peristiwa-peristiwa terorisme demi kepentingan menyudutkan umat muslim.
Timpangnya pemberitaan antara kasus Ambon dan ledakan gereja di Solo itulah yang mengundang reaksi keras dari Ustadz Bernard Abdul Jabbar, tokoh Anti Pemurtadan yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI). Ia dengan tegas menyebut berita-berita yang beredar di media sekular saat ini terkait ledakan di Solo sebagai berita yang menyesatkan.
“Media-media sekular sangat menyesatkan. Berita mereka subyektif,” katanya kepada Eramuslim.com, senin, 26/9.
Ia mencontohkan kredibilitas pemberitaan media terhadap tragedi Ambon, minggu 11/9 yang sepi dari peliputan. Tidak satupun media televisi nasional melaporkan berita secara all-out untuk menyajika fakta sesungguhnya. “Tapi kalau ledakan gereja (di Solo) media langsung meliput secara besar-besaran.” sambung pria yang juga menjadi Ketua DPP Hizbud Dakwah Islam ini.
Ketika ditanyakan apakah media-media sekular tersebut memiliki misi tertentu, Pembina Gerakan Pelajar Anti Pemurtadan Bekasi ini membenarkan hipotesis itu, “Oh itu jelas, mereka punya kepentingan pastinya.”
Dalam kejadian kemarin, dua televisi berita nasional, terlihat menyiarkan berita secara langsung dari tempat kejadian. Mereka juga mengabarkan kondisi Solo secara up to date dari Siang hingga malam, termasuk pagi ini. Bahkan salah satu televisi swasta, memiliki wartawan "Khusus" yang diterjunkan untuk kasus-kasus terorisme.
Namun sebaliknya, ketika kejadian di Ambom dimana umat muslim bergelimangan darah dibunuh oleh kaum Kristiani, seolah-seolah "kekhususan" wartawan tersebut tumpul.Pihak televisi pun tidak menyiarkan secara 'provokatif' apa yang menimpa muslim Ambon. Berbeda dengan kasus Solo.
Oleh karena itu, Ustadz Bernard Abdul Jabbar meminta umat untuk memilah fakta yang disajikan media. Ia juga berpesan agar media Islam mampu menjadi garda terdepan untuk melawan pemberitaan yang menyesatkan dari media sekuler. “Media Islam harus mampu mengimbangi pemberitaan media-media sekuler. Media Islam harus berani menampilkan fakta yang sebenar-benarnya.” Pesannya kepada Eramuslim.com.
Kalau begini bisakah media-media sekular disebut sebagai "bom" itu sendiri, yang banyak mengaburkan dan mengabaikan fakta yang sejatinya menjadi hak untuk dikonsumsi masyarakat? (pz)
http://www.eramuslim.com/berita/nasional/pemberitaan-media-sekuler-terkait-ledak\
an-solo-dituding-menyesatkan.htm
Timpangnya pemberitaan antara kasus Ambon dan ledakan gereja di Solo itulah yang mengundang reaksi keras dari Ustadz Bernard Abdul Jabbar, tokoh Anti Pemurtadan yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI). Ia dengan tegas menyebut berita-berita yang beredar di media sekular saat ini terkait ledakan di Solo sebagai berita yang menyesatkan.
“Media-media sekular sangat menyesatkan. Berita mereka subyektif,” katanya kepada Eramuslim.com, senin, 26/9.
Ia mencontohkan kredibilitas pemberitaan media terhadap tragedi Ambon, minggu 11/9 yang sepi dari peliputan. Tidak satupun media televisi nasional melaporkan berita secara all-out untuk menyajika fakta sesungguhnya. “Tapi kalau ledakan gereja (di Solo) media langsung meliput secara besar-besaran.” sambung pria yang juga menjadi Ketua DPP Hizbud Dakwah Islam ini.
Ketika ditanyakan apakah media-media sekular tersebut memiliki misi tertentu, Pembina Gerakan Pelajar Anti Pemurtadan Bekasi ini membenarkan hipotesis itu, “Oh itu jelas, mereka punya kepentingan pastinya.”
Dalam kejadian kemarin, dua televisi berita nasional, terlihat menyiarkan berita secara langsung dari tempat kejadian. Mereka juga mengabarkan kondisi Solo secara up to date dari Siang hingga malam, termasuk pagi ini. Bahkan salah satu televisi swasta, memiliki wartawan "Khusus" yang diterjunkan untuk kasus-kasus terorisme.
Namun sebaliknya, ketika kejadian di Ambom dimana umat muslim bergelimangan darah dibunuh oleh kaum Kristiani, seolah-seolah "kekhususan" wartawan tersebut tumpul.Pihak televisi pun tidak menyiarkan secara 'provokatif' apa yang menimpa muslim Ambon. Berbeda dengan kasus Solo.
Oleh karena itu, Ustadz Bernard Abdul Jabbar meminta umat untuk memilah fakta yang disajikan media. Ia juga berpesan agar media Islam mampu menjadi garda terdepan untuk melawan pemberitaan yang menyesatkan dari media sekuler. “Media Islam harus mampu mengimbangi pemberitaan media-media sekuler. Media Islam harus berani menampilkan fakta yang sebenar-benarnya.” Pesannya kepada Eramuslim.com.
Kalau begini bisakah media-media sekular disebut sebagai "bom" itu sendiri, yang banyak mengaburkan dan mengabaikan fakta yang sejatinya menjadi hak untuk dikonsumsi masyarakat? (pz)
http://www.eramuslim.com/berita/nasional/pemberitaan-media-sekuler-terkait-ledak\
an-solo-dituding-menyesatkan.htm
Posted on 9:01 AM / 0
comments / Read More