Akidah
Syiah dibangun di atas azas mencaci-maki istri Nabi dan para Sahabat.
Walaupun kita berteriak-teriak selama ribuan tahun meminta Syiah
untuk menhentikan caci-makinya itu, niscaya ia tidak terlaksana.
Karena inti eksistensi Syiah ada di sana.
Amat sukar bagi ajaran Syiah hari untuk tidak mengkafirkan ataumemurtadkan para Sahabat. Jika mereka mampu melakukannya dan kembali kepada Syiah yang asli, maka al Kafi karia al Kulani tidak lagi menjadi kitab muktabar. Hanya menajdi kitab-kitab yang dipenuhi dengan hadith-hadith palsu dan dhaif. Lebih parah lagi, jika mereka kembali kepada Syi'ah yang asal, ini berarti konsep Imam 12 menjadi batal.
Sebaliknya
bagi kaum Muslimin Ahlus Sunnah, mencintai Ahlul Bait Nabi, mencintai
istri-istri beliau, mencintai para Sahabat beliau; merupakan AZAS
AKIDAH Ahlus Sunnah, setelah AZAS TAUHID dan AZAS SUNNAH. Menafikan
azas ini bisa berakibat kekafiran bagi pelakunya. Sebab Allah Ta'ala
telah menjadikan istri-istri Nabi dan para Sahabat Nabi ridha
kepada-Nya, dan Allah pun ridha kepada mereka.
Lihatlah
Surat An Nuur dari ayat 1 sampai ayat 26. Isinya adalah pembelaan
dari langit, dari Arasy tertinggi, terhadap kesucian `Aisyah binti
Abi Bakrin Radhiyallahu `Anhuma dari tuduhan keji yang dialamatkan
kepadanya.
Tidak
ada di antara ummat Nabi SAW yang mendapat pembelaan sangat banyak
dalam Al-Qur'an, selain Ummul
Mukminin Radhiyallahu ‘Anha tersebut .
Setelah
itu semua, masih tegakah anda bersangka baik kepada Syiah yang
menjadikan `Aisyah Radhiyallahu `Anhuma sebagai sasaran caci-maki,
laknat, dan kebencian.
Apa
yang lebih cocok kita sematkan kepada orang yang mencaci maki
tersebut, kecuali kekafiran yang nyata karena telah bersebrangan
dengan kehendak Allah. Allah redha dengan `Aisyah, tapi kaum Syiah
tidak redha terhadap `Aisyah. Mereka telah menempatkan diri pada
posisi yang lebih tinggi dari Allah.